pilih nomer mna ?
Sabtu, 22 Februari 2014
Sabtu, 08 Februari 2014
Aikido sangat berbeda jika dibandingkan dengan beladiri lain seperti karate, taekwondo, kungfu dll. Perbedaan mendasar terletak pada filosofinya, aikido itu diciptakan hanya untuk mempertahankan diri, tapi beladiri lain pada umumnya diciptakan untuk menyerang dan mengalahkan. Oleh karena itulah di aikido tidak akan ditemukan semacam Kejuaraan beladiri seperti yang terdapat pada bela diri pada umumnya. Yang ada hanya peragaan teknik dengan semangat persaudaraan. Maka tak akan ada rasa benci, marah atau nafsu membunuh dalam beladiri aikido, semua harus dilakukan dengan ketenangan hati. Tanpa ketenangan hati, maka aikido tidak akan berguna.
Secara khusus aikido merupakan beladiri kuncian. Bagaimana melumpuhkan dan mengunci lawan tanpa mencederainya. semua dilakukan hanya untuk mempertahankan diri. Mungkin banyak beladiri yang juga menerapkan sistim kuncian, seperti kempo, jiujutsu, gulat. Namun beladiri-beladiri tersebut dikenal lebih agresif, juga ada pukulan dan tendangan. Yang hampir menyamai adalah jiu jitsu, karena memang pada penciptaan awal aikido, O sensei telah menguasai jiu jitsu maka tak heran ada beberapa kesamaan bentuk. Namun yang membedakan adalah dalam aikido ada putaran-putaran untuk mengalihkan dan memanfaatkan tenaga lawan. Jika lawan menyerang, maka tenaga itu akan dialirkan dengan putaran dan kemudian dilumpuhkan. Gerakan putaran-putaran itu yang tidak terdapat pada beladiri lain
Kamis, 06 Februari 2014
Penyeragaman Tehnik dan Penyerahan Sertifikat Yudhansa
Pada hari minggu tanggal 18 Maret di Adhyaksa Dojo - ruang JAMDATUN Gedung Kejaksaan, Institut Aikido Indonesia (IAI) mengadakan acara penyerahan sertifikat Yudhansa dan Penyeragaman Tehnik.
Penyerahan sertifikat tersebut diberikan oleh Sensei Gana Murti kepada para peserta Yudhansa termasuk dua aikidoka dari Dojo Kyoto yaitu Senpai Junus Dani dan Senpai Priyotomo (Instruktur Dojo Perwira - Purbalingga) dan juga dihadiri oleh puluhan aikidoka Institut Aikido Indonesia peserta penyeragaman tehnik.
Setelah penyerahan sertifikat dilanjutkan dengan Penyeragaman Tehnik yang dipimpin oleh Sensei Ronin selaku Komisi Teknik dan Sensei Jejen selaku Dewan Guru IAI. Penyeragaman 5 tehnik aikido dasar dimulai dari Ikkyo, Nikkyo, Sankyo, Yonkyo, dan Gokyo serta beberapa Tehnik Aplikasi.
Para aikidoka sangat menikmati dan semangat dalam mempraktekan apa yang diajarkan oleh kedua instruktur tersebut, apalagi ketika sensei jejen menunjukan tehnik aplikasi yang dimulai dari shomenuchi lalu nage melakukan irimi ke belakang uke, tangan kanan uke dipegang dengan tangan kanan nage dan lengan kiri nage mencekik leher uke dilanjutkan dengan melangkahkan kaki ke belakang hingga posisi setengah seiza lalu mematahkan leher dengan kedua tangan.
Tehnik aplikasi offensif juga ditunjukkan oleh salah satu sensei iai diakhir latihan dengan mengambil tehnik dari Marinir Amerika dengan cara tangan nage merangkul tangan kanan uke posisi berlawanan, lalu nage atemi pipi kanan uke dengan tangan kirinya hingga masuk dan posisi nage berada di belakang uke lalu tangan kiri nage mendorong wajah uke ke kiri disertai dengan tenkang ke kiri hingga jatuh lalu kunci tangan uke.
Acara penyeragamaInstitut Aikido Indonesia (IAI) ditutup dengan sambutan dari Pak Chu seorang dari kejaksaan yang pertama kali membuka dojo di kejaksaan untuk para staff kejaksaan dengan nama Dojo Ahdyaksa yang di instrukturi oleh Sensei Gana, pak chu juga salah satu pendiri dari IAI, untuk itu dia merencanakan untuk menjadikan Aikido sebagai bela diri seluruh staff kejaksaan di seluruh Indonesian tehnik aikido
Etika di Dojo
Ketaatan terhadap etika adalah menjadi bagian dari pelatihan Anda seperti belajar teknik.Berikut pedoman yang harus diperhatikan:

- Ketika memasuki atau meninggalkan dojo, yang tepat adalah menunduk ke arah gambar Sensei, kamiza, atau bagian depan dojo. Anda juga harus menunduk saat memasuki atau meninggalkan matras.
- Tidak ada sepatu di atas matras.
- Tepat waktu ketika ada kelas. Jika Anda kebetulan datang terlambat, duduk tenang dalam posisi Seiza di pinggir matras sampai instruktur memberikan ijin untuk bergabung latihan.
- Jika Anda harus harus meninggalkan matras atau dojo untuk alasan apapun selama ada kelas, datangi instrukturdan meminta izin.
- Hindari duduk di matras dengan punggung ke gambar dari Sensei atau kamiza. Juga, jangan bersandar di dindingatau duduk dengan kaki teracung. (Setidaknya duduk Seiza atau bersila.)
- Letakkan jam tangan, cincin dan perhiasan lainnya sebelum latihan.
- Jangan membawa makanan, permen, atau minuman ke dojo.
- Harap tetap memotong pendek kuku jari dan kuku kaki.
- Dimohon untuk tetap sedikit bicara selama ada kelas. Apabila ada percakapan harus dibatasi pada satu topik -Aikido.
- Melaksanakan SEGERA arahan instruktur. Jangan berlama-lama istirahat, kelas menunggu Anda!
- Tidak memerlukan perlawanan yang kasar atau kekuatan dalam kelas.
- Jaga kebersihan seragam latihan Anda, dalam kondisi yang baik, dan bebas dari bau yang menyengat.
- Silahkan membayar iuran keanggotaan anda segera. Jika, untuk alasan apapun, Anda tidak dapat membayar iurantepat waktu, bicaralah dengan orang yang bertanggung jawab mengumpulkan iuran. Kadang-kadang harga khusustersedia bagi mereka yang mengalami kesulitan keuangan.
- Jangan merapihkan pakaian Anda di matras.
- Ingatlah bahwa Anda berada di sini untuk belajar, dan bukan untuk memuaskan ego Anda. Memiliki sikap penerimaan dan kerendahan hati (meskipun tidak merendahkan diri) Oleh karena itu disarankan.
- Pertahankan akal sehat, standar kesopanan dan rasa hormat pada setiap saat.
Hakama
Hakama adalah pakaian tradisional Jepang yang biasa digunakan dalam seni beladiri seperti Aikido, Kendo, Jujutsu, dan Kyudo. Hakama dianggap sebagai suatu hal yang menarik bagi praktisi beladiri yang memakainya. Tidak sedikit dari praktisi beladiri tersebut yang berlatih hanya karena berambisi untuk dapat mengenakan hakama tanpa memahami maknanya. Bahkan beberapa diantaranya hanya ingin terlihat gagah atau anggun dengan hakama. Tentu saja hal ini sangatlah disayangkan.Hal yang kita perlu renungi bersama adalah, “Apakah kita sudah benar-benar memahami makna dari sebuah hakama?”. Karena pemahaman terhadap jiwa (spirit) dari hakama akan membantu kita dalam berlatih Aikido seperti yang diajarkan oleh O’ Sensei.
Dalam Aikido, hakama biasanya dikenakan oleh praktisi yang telah mencapai tingkat yudansha (shodan ke atas), kecuali bagi praktisi wanita. Mereka diperbolehkan mengenakan hakama pada tingkat kyu tertentu. Tradisi ini tanpa disadari menjadi sebuah persepsi yang salah bagi para praktisi Aikido dalam menilai makna dari sebuah hakama pada latihan mereka. Pendapat yang berkembang umumnya menganggap bahwa hakama mewakili tingkatan seseorang, sehingga ia dapat disebut sebagai “Sensei”. Bahkan hakama dinilai sebagai simbol superioritas mereka dalam teknik. Hal yang lebih menyedihkan, apabila seorang Aikidoka terburu-buru mengikuti ujian kenaikan tingkat hanya karena ingin cepat mengenakan hakama. Setelah ia mendapat apa yang dinginkannya, kemana Aikido akan dibawa dengan pemahaman seperti itu? Hal ini harus menjadi perhatian bagi kita yang ingin berlatih Aikido dengan benar agar tidak berjalan di atas rel yang salah. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami dan merenungi makna dari hakama yang kita kenakan dalam latihan.
Hakama merupakan simbol dari spirit Budo dalam Aikido. Di dalamnya terdapat falsafah dan prinsip hidup seorang Budoka (ksatria). Maka untuk menjalankan falsafah hidup seorang kstaria menjadi tanggung jawab moral bagi siapa saja yang mengenakan hakama. Pada hakama terdapat 7 ruas (garis) yang terbujur secara vertikal, dengan posisi 5 garis di bagian depan dan 2 garis lain di bagian belakang. Setiap garis tersebut memiliki makna yang mendalam sebagai simbol dari karakteristik ajaran Budo. 7 ajaran Budo ini dikenal sebagai 7 Pilar Budo.
Ketujuh pilar tersebut adalah:
1. Gi/The Truth: Kebenaran
Kebenaran adalah titik kulminasi pencarian manusia yang tertinggi dalam hidupnya. Karena nilai kebenaran yang tertinggi hanya ada satu dan satu-satunya, yaitu Tuhan. Manusia dalam perjalanan hidupnya akan hampa dan tidak berarti apapun jika ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Manusia dengan egonya terkadang menjadikan dirinya seakan-akan poros dunia dan alam semesta. Pada kenyataannya, manusia layaknya sebutir debu ditengah padang pasir. Datang dan perginya tidak berarti apa-apa, kecuali mereka menemukan makna sejati dari kehidupannya di dunia.Dalam Budo, nilai-nilai spiritual merupakan esensi ajaran serta tujuan akhir dari perjalanan hidup seorang Budoka. Sehingga orang-orang yang mempelajari Budo (seni bela diri) , namun ia berpaling dari agama maka pada dasarnya ia tidak mengerti akan apa yang ia pelajari. Hal ini ditegaskan O’Sensei “Tidak ada di dunia ini yang tidak dapat mengajari kita. Untuk sebagian orang, contohnya, akan menjauhi atau tidak mau mengerti dari ajaran agama. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mengerti arti mendalam dari pengajaran ini. Ajaran agama berisi tentang sesuatu yang mendalam dan kebijaksanaan. Anda harus mengerti tentang hal ini dan menerapkan pengertian anda melalui Budo.”. Maka pahamilah Budo sebagi sebagai salah satu jalam untuk menerapkan ajaran spiritual dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Meiyo/Respect & Honor : Menghormati dan Kehormatan
Sikap menghormati merupakan sifat yang sangat lekat dengan karakter budaya masyarakat Jepang. Hal ini dapat kita lihat dari budaya “REI”, yaitu membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang. Dalam Budo sikap menghormati seperti ini merupakan gambaran nilai kehormatan bagi seorang samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah kehormatan dalam dirinya, bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain.
Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan benar dan baik khususnya terhadap orang-orang yang statusnya berada diatas kita, seperti kepada orang tua kita, guru dan atasan atau tuan pada masa dahulu. Dalam buku “Bushido Shosinshu” yang ditulis oleh Taira Shigesuke (1639-1730), dikatakan bahwa “bagi para ksatria (Budoka), merawat dengan baik orang tua adalah suatu hal yang mendasar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kedua orang tua merupakan asal muasal eksistensi kita dimuka bumi, darah daging yang kita miliki adalah darah daging mereka. Mereka akan melakukan apapun yang terbaik untuk kehidupan anaknya. Maka sudah menjadi tugas dan kewajiban setiap orang, apalagi bagi mereka yang menempuh jalan ksatria (Budoka), untuk berbakti dan memuliakan kedua orang tua seumur hidupnya.Terhadap guru, kita juga harus menghormati mereka. Guru dalam bahasa Jepang disebut “Sensei”. Artinya orang yang terlahir lebih dahulu, dan lebih lanjut memiliki pemahaman sebagai orang yang memiliki pengetahuan & kebijaksanaan tentang kehidupan lebih mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar atau bertanya, sekalipun usianya mungkin lebih muda dari kita.Dalam Budo, guru diibaratkan sebagai orang tua kedua setelah kedua orang tua kita. Hal ini disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang tua kita. Mereka turut mendidik dan membantu murid agar dapat menjalani kehidupan dengan baik.Seorang Sensei dalam Budo merupakan jabatan spiritual, dimana pertanggungjawaban moral saja tidaklah cukup. Seorang Sensei harus bertanggung jawab untuk mendidik murid-muridnya agar menjadi manusia yang lebih baik secara fisik, mental, moral dan akhirnya spiritual. Hal ini tidak kita temukan pada pendidikan modern dimana guru hanya merupakan jabatan fungsional dalam suatu sistem pendidikan.Seseorang yang mempelajari beladiri sebagai Budo harus memahami hal ini, sehingga tak seorang pun dari Budoka yang dapat mengatakan kepada orang lain “ Dia itu bekas guru saya” sebagaimana ia tidak dapat mengatakan “itu bekas orang tua saya” sekalipun ia sendiri telah menjadi orang tua. Orang tua akan tetap jadi orang tua kita karena kasih sayang mereka akan kita bawa hingga akhir hayat. Seperti juga guru, mereka tetap menjadi guru kita karena ilmu yang diberikan oleh guru akan kita bawa sampai akhir hayat.
3. Makoto/Honesty & Sincerity: Kejujuran dan Ketulusan
Kejujuran dalam tutur kata dan Ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang esensial dalam Budo. Bila kita menghormati seseorang, maka kita lakukan dengan sepenuh hati dan jiwa, bukan tampilan fisik semata. Apabila kita bertutur kata, maka katakanlah yang sebenarnya, yang ada dalam hati dan pikiran kita dengan cara yang baik dan terhormat. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang memiliki keberanian dalam jiwa mereka.Menjaga kepercayaan dari orang lain (amanah), juga merupakan salah satu bentuk kejujuran dan ketulusan. Apabila anda dititipkan sebongkah emas ditangan anda dari seorang teman yang akan melakukan perjalanan jauh, maka anda harus memastikan bahwa emas itu aman ditangan anda sampai teman anda kembali. Andai kata teman anda meninggal dalam perjalanan, maka anda harus tetap dapat memastikan bahwa emas tersebut jatuh ke tangan keluarga yag berhak mewarisinya, tanpa mengambil atau berharap keuntungan sedikitpun dari situasi ini. Orang yang dapat melakukan hal seperti ini adalah seorang ksatria sejati.
4. Chugi/Loyalty: Kesetiaan
Kesetiaan adalah suatu sikap yang terhormat, sedangkan pengkhianatan adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang ksatria akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa sekalipun. Samurai-samurai pada jaman dahulu (sebelum restorasi Meiji) rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya. Pada saat sekarang ini kesetiaan tetap merupakan sebuah sikap yang sangat mulia dan sangat langka. Hanya orang-orang yang memiliki keberanian saja yang memiliki sikap seperti itu. Yang justru banyak terjadi di masa sekarang ini adalah seseorang sangat mudah melakukan pengkhianatan bila ia menemukan sesuatu yang dirasa dapat merugikan dirinya atau disisi lain untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sikap seperti ini tidak ada tempat didalam Budo (jalan ksatria). Kesetiaan pada perguruan merupakan yang relevan hingga masa sekarang, namun bukan dalam arti larangan mempelajari bentuk beladiri lain. Melainkan untuk tetap menjaga nama baik dojo atau perguruan tempat dimana ia berlatih dan mengamalkan ilmunya dengan cara yang baik serta menjaga silsilah (mata rantai) dari ilmu yang telah ia pelajari.
5. Rei/Courtesy: Sopan Santun
Tata tertib dan sikap sopan santun adalah bagian yang integral dalam Budo. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar, maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai ksatria sekalipun ia sangat mahir dalam bertempur. Sikap “Rei” adalah sebuah contoh yang mudah kita pahami. Rei pada saat memasuki dojo, memulai latihan, menutup latihan hingga kita keluar dojo, merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Sering kali hal seperti ini dianggap remeh karena tidak memahami semangat (spirit) dari latihan. Perlu diingat bahwa kita berlatih bukan sebatas untuk olah raga atau sekedar berlatih untuk bertarung namun diharapkan latihan aikido dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang aikidoka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sikap dan sopan santun sangatlah diperlukan sebagai sebuah disiplin dalam sebuah seni beladiri agar terbentuk sebuah keberanian yang diikuti sifat kerendahan hati para praktisinya.
6. Jin/Knowledge and Wisdom: Pengetahuan dan Kebijaksanaan
Budo merupakan suatu bentuk pengetahuan yang menghasilkan kebijaksanaan. Setiap pengetahuan haruslah menghasilkan sebuah nilai kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan pengetahuan hanya akan menghasilkan bencana. Berabad-abad manusia hidup menghasilkan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Salah satunya adalah teknologi persenjataan. Dengan teknologi persenjataan pada masa kini, semakin banyak orang tidak berdosa menjadi korban peperangan yang didasari oleh keserakahan.Demikianlah contoh sebuah pengetahuan yang dicapai tanpa menghasilkan kebijaksanaan. Dalam Budo anda mempelajari tentang nilai hidup dan mati. Anda melatih kemampuan hati, pikiran dan tubuh untuk menerima kematian atau mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan Budo tanpa kebijaksanaan adalah sebuah malapetaka kemanusiaan.Kebijaksanaan tertinggi dalam Budo adalah mengalahkan diri sendiri dan menempa hati, pikiran dan tubuh untuk bersungguh-sungguh mencari nilai kebenaran tertinggi.
7. Yuki/Courage: Keberanian
Keberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 pilar Budo, karena keberanian hanya dapat diperoleh setelah seseorang mampu memahami dan menjalani ke 6 pilar sebelumnya. Keberanian dalam diri seorang ksatria merupakan pancaran dan sifat-sifat serta akhlak yang mulia. Keberanian yang dilandasi pemahaman terhadap nilai-nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan orang lain.Oleh sebab itu seorang Budoka harus memastikan dirinya selalu berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertempuran yang pertama dapat menjadi pertempuran terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk bertempur maka ia tidak akan mundur atau lari. Dia juga tidak akan pernah menyesal dengan keputusan yang diambil, sekalipun ia harus kehilangan nyawa. Karena ia tahu bahwa ia berada dalam kebenaran.
Sekali lagi dalam Budo, nilai keberanian adalah hasil pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan akhlak, sehingga dalam pertempuran yang sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani.
Penutup
Di beberapa literatur, dijelaskan tentang nilai-nilai Budo dengan urutan atau kandungan yang agak berbeda, tetapi tetap memiliki esensi yang sama, yaitu mengenai ajaran moral, mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang Budoka. Berdasarkan nilai-nilai yang telah dijelaskan diatas, maka diharapkan para aikidoka, khususnya para yudansha dapat mengerti atau memahami secara mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama murid-muridnya, sebagai sebuah tanggung jawab dari apa yang ia pahami dan pelajari dari arti sebuah hakama yang telah ia kenakan
7 Pilar Budo
1. Gi/The Truth: KebenaranKebenaran adalah titik kulminasi pencarian manusia yang tertinggi dalam hidupnya. Karena nilai kebenaran yang tertinggi hanya ada satu dan satu-satunya, yaitu Tuhan. Manusia dalam perjalanan hidupnya akan hampa dan tidak berarti apapun jika ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Manusia dengan egonya terkadang menjadikan dirinya seakan-akan poros dunia dan alam semesta. Pada kenyataannya, manusia layaknya sebutir debu ditengah padang pasir. Datang dan perginya tidak berarti apa-apa, kecuali mereka menemukan makna sejati dari kehidupannya di dunia.Dalam Budo, nilai-nilai spiritual merupakan esensi ajaran serta tujuan akhir dari perjalanan hidup seorang Budoka. Sehingga orang-orang yang mempelajari Budo (seni bela diri) , namun ia berpaling dari agama maka pada dasarnya ia tidak mengerti akan apa yang ia pelajari. Hal ini ditegaskan O’Sensei “Tidak ada di dunia ini yang tidak dapat mengajari kita. Untuk sebagian orang, contohnya, akan menjauhi atau tidak mau mengerti dari ajaran agama. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mengerti arti mendalam dari pengajaran ini. Ajaran agama berisi tentang sesuatu yang mendalam dan kebijaksanaan. Anda harus mengerti tentang hal ini dan menerapkan pengertian anda melalui Budo.”. Maka pahamilah Budo sebagi sebagai salah satu jalam untuk menerapkan ajaran spiritual dalam kehidupan kita sehari-hari.2. Meiyo/Respect & Honor : Menghormati dan KehormatanSikap menghormati merupakan sifat yang sangat lekat dengan karakter budaya masyarakat Jepang. Hal ini dapat kita lihat dari budaya “REI”, yaitu membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang. Dalam Budo sikap menghormati seperti ini merupakan gambaran nilai kehormatan bagi seorang samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah kehormatan dalam dirinya, bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain.Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan benar dan baik khususnya terhadap orang-orang yang statusnya berada diatas kita, seperti kepada orang tua kita, guru dan atasan atau tuan pada masa dahulu. Dalam buku “Bushido Shosinshu” yang ditulis oleh Taira Shigesuke (1639-1730), dikatakan bahwa “bagi para ksatria (Budoka), merawat dengan baik orang tua adalah suatu hal yang mendasar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kedua orang tua merupakan asal muasal eksistensi kita dimuka bumi, darah daging yang kita miliki adalah darah daging mereka. Mereka akan melakukan apapun yang terbaik untuk kehidupan anaknya. Maka sudah menjadi tugas dan kewajiban setiap orang, apalagi bagi mereka yang menempuh jalan ksatria (Budoka), untuk berbakti dan memuliakan kedua orang tua seumur hidupnya.Terhadap guru, kita juga harus menghormati mereka. Guru dalam bahasa Jepang disebut “Sensei”. Artinya orang yang terlahir lebih dahulu, dan lebih lanjut memiliki pemahaman sebagai orang yang memiliki pengetahuan & kebijaksanaan tentang kehidupan lebih mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar atau bertanya, sekalipun usianya mungkin lebih muda dari kita.Dalam Budo, guru diibaratkan sebagai orang tua kedua setelah kedua orang tua kita. Hal ini disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang tua kita. Mereka turut mendidik dan membantu murid agar dapat menjalani kehidupan dengan baik.Seorang Sensei dalam Budo merupakan jabatan spiritual, dimana pertanggungjawaban moral saja tidaklah cukup. Seorang Sensei harus bertanggung jawab untuk mendidik murid-muridnya agar menjadi manusia yang lebih baik secara fisik, mental, moral dan akhirnya spiritual. Hal ini tidak kita temukan pada pendidikan modern dimana guru hanya merupakan jabatan fungsional dalam suatu sistem pendidikan.Seseorang yang mempelajari beladiri sebagai Budo harus memahami hal ini, sehingga tak seorang pun dari Budoka yang dapat mengatakan kepada orang lain “ Dia itu bekas guru saya” sebagaimana ia tidak dapat mengatakan “itu bekas orang tua saya” sekalipun ia sendiri telah menjadi orang tua. Orang tua akan tetap jadi orang tua kita karena kasih sayang mereka akan kita bawa hingga akhir hayat. Seperti juga guru, mereka tetap menjadi guru kita karena ilmu yang diberikan oleh guru akan kita bawa sampai akhir hayat.3. Makoto/Honesty & Sincerity: Kejujuran dan KetulusanKejujuran dalam tutur kata dan Ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang esensial dalam Budo. Bila kita menghormati seseorang, maka kita lakukan dengan sepenuh hati dan jiwa, bukan tampilan fisik semata. Apabila kita bertutur kata, maka katakanlah yang sebenarnya, yang ada dalam hati dan pikiran kita dengan cara yang baik dan terhormat. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang memiliki keberanian dalam jiwa mereka.Menjaga kepercayaan dari orang lain (amanah), juga merupakan salah satu bentuk kejujuran dan ketulusan. Apabila anda dititipkan sebongkah emas ditangan anda dari seorang teman yang akan melakukan perjalanan jauh, maka anda harus memastikan bahwa emas itu aman ditangan anda sampai teman anda kembali. Andai kata teman anda meninggal dalam perjalanan, maka anda harus tetap dapat memastikan bahwa emas tersebut jatuh ke tangan keluarga yag berhak mewarisinya, tanpa mengambil atau berharap keuntungan sedikitpun dari situasi ini. Orang yang dapat melakukan hal seperti ini adalah seorang ksatria sejati.4. Chugi/Loyalty: KesetiaanKesetiaan adalah suatu sikap yang terhormat, sedangkan pengkhianatan adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang ksatria akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa sekalipun. Samurai-samurai pada jaman dahulu (sebelum restorasi Meiji) rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya. Pada saat sekarang ini kesetiaan tetap merupakan sebuah sikap yang sangat mulia dan sangat langka. Hanya orang-orang yang memiliki keberanian saja yang memiliki sikap seperti itu. Yang justru banyak terjadi di masa sekarang ini adalah seseorang sangat mudah melakukan pengkhianatan bila ia menemukan sesuatu yang dirasa dapat merugikan dirinya atau disisi lain untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sikap seperti ini tidak ada tempat didalam Budo (jalan ksatria). Kesetiaan pada perguruan merupakan yang relevan hingga masa sekarang, namun bukan dalam arti larangan mempelajari bentuk beladiri lain. Melainkan untuk tetap menjaga nama baik dojo atau perguruan tempat dimana ia berlatih dan mengamalkan ilmunya dengan cara yang baik serta menjaga silsilah (mata rantai) dari ilmu yang telah ia pelajari.5. Rei/Courtesy: Sopan SantunTata tertib dan sikap sopan santun adalah bagian yang integral dalam Budo. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar, maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai ksatria sekalipun ia sangat mahir dalam bertempur. Sikap “Rei” adalah sebuah contoh yang mudah kita pahami. Rei pada saat memasuki dojo, memulai latihan, menutup latihan hingga kita keluar dojo, merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Sering kali hal seperti ini dianggap remeh karena tidak memahami semangat (spirit) dari latihan. Perlu diingat bahwa kita berlatih bukan sebatas untuk olah raga atau sekedar berlatih untuk bertarung namun diharapkan latihan aikido dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang aikidoka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sikap dan sopan santun sangatlah diperlukan sebagai sebuah disiplin dalam sebuah seni beladiri agar terbentuk sebuah keberanian yang diikuti sifat kerendahan hati para praktisinya.6. Jin/Knowledge and Wisdom: Pengetahuan dan KebijaksanaanBudo merupakan suatu bentuk pengetahuan yang menghasilkan kebijaksanaan. Setiap pengetahuan haruslah menghasilkan sebuah nilai kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan pengetahuan hanya akan menghasilkan bencana. Berabad-abad manusia hidup menghasilkan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Salah satunya adalah teknologi persenjataan. Dengan teknologi persenjataan pada masa kini, semakin banyak orang tidak berdosa menjadi korban peperangan yang didasari oleh keserakahan.Demikianlah contoh sebuah pengetahuan yang dicapai tanpa menghasilkan kebijaksanaan. Dalam Budo anda mempelajari tentang nilai hidup dan mati. Anda melatih kemampuan hati, pikiran dan tubuh untuk menerima kematian atau mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan Budo tanpa kebijaksanaan adalah sebuah malapetaka kemanusiaan.Kebijaksanaan tertinggi dalam Budo adalah mengalahkan diri sendiri dan menempa hati, pikiran dan tubuh untuk bersungguh-sungguh mencari nilai kebenaran tertinggi.7. Yuki/Courage: KeberanianKeberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 pilar Budo, karena keberanian hanya dapat diperoleh setelah seseorang mampu memahami dan menjalani ke 6 pilar sebelumnya. Keberanian dalam diri seorang ksatria merupakan pancaran dan sifat-sifat serta akhlak yang mulia. Keberanian yang dilandasi pemahaman terhadap nilai-nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan orang lain.Oleh sebab itu seorang Budoka harus memastikan dirinya selalu berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertempuran yang pertama dapat menjadi pertempuran terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk bertempur maka ia tidak akan mundur atau lari. Dia juga tidak akan pernah menyesal dengan keputusan yang diambil, sekalipun ia harus kehilangan nyawa. Karena ia tahu bahwa ia berada dalam kebenaran.Sekali lagi dalam Budo, nilai keberanian adalah hasil pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan akhlak, sehingga dalam pertempuran yang sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani.Di beberapa literatur, dijelaskan tentang nilai-nilai Budo dengan urutan atau kandungan yang agak berbeda, tetapi tetap memiliki esensi yang sama, yaitu mengenai ajaran moral, mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang Budoka. Berdasarkan nilai-nilai yang telah dijelaskan diatas, maka diharapkan para aikidoka, khususnya para yudansha dapat mengerti atau memahami secara mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama murid-muridnya, sebagai sebuah tanggung jawab dari apa yang ia pahami dan pelajari dari arti sebuah hakama yang telah ia kenakan.
1. Gi/The Truth: KebenaranKebenaran adalah titik kulminasi pencarian manusia yang tertinggi dalam hidupnya. Karena nilai kebenaran yang tertinggi hanya ada satu dan satu-satunya, yaitu Tuhan. Manusia dalam perjalanan hidupnya akan hampa dan tidak berarti apapun jika ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Manusia dengan egonya terkadang menjadikan dirinya seakan-akan poros dunia dan alam semesta. Pada kenyataannya, manusia layaknya sebutir debu ditengah padang pasir. Datang dan perginya tidak berarti apa-apa, kecuali mereka menemukan makna sejati dari kehidupannya di dunia.Dalam Budo, nilai-nilai spiritual merupakan esensi ajaran serta tujuan akhir dari perjalanan hidup seorang Budoka. Sehingga orang-orang yang mempelajari Budo (seni bela diri) , namun ia berpaling dari agama maka pada dasarnya ia tidak mengerti akan apa yang ia pelajari. Hal ini ditegaskan O’Sensei “Tidak ada di dunia ini yang tidak dapat mengajari kita. Untuk sebagian orang, contohnya, akan menjauhi atau tidak mau mengerti dari ajaran agama. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mengerti arti mendalam dari pengajaran ini. Ajaran agama berisi tentang sesuatu yang mendalam dan kebijaksanaan. Anda harus mengerti tentang hal ini dan menerapkan pengertian anda melalui Budo.”. Maka pahamilah Budo sebagi sebagai salah satu jalam untuk menerapkan ajaran spiritual dalam kehidupan kita sehari-hari.2. Meiyo/Respect & Honor : Menghormati dan KehormatanSikap menghormati merupakan sifat yang sangat lekat dengan karakter budaya masyarakat Jepang. Hal ini dapat kita lihat dari budaya “REI”, yaitu membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang. Dalam Budo sikap menghormati seperti ini merupakan gambaran nilai kehormatan bagi seorang samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah kehormatan dalam dirinya, bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain.Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan benar dan baik khususnya terhadap orang-orang yang statusnya berada diatas kita, seperti kepada orang tua kita, guru dan atasan atau tuan pada masa dahulu. Dalam buku “Bushido Shosinshu” yang ditulis oleh Taira Shigesuke (1639-1730), dikatakan bahwa “bagi para ksatria (Budoka), merawat dengan baik orang tua adalah suatu hal yang mendasar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kedua orang tua merupakan asal muasal eksistensi kita dimuka bumi, darah daging yang kita miliki adalah darah daging mereka. Mereka akan melakukan apapun yang terbaik untuk kehidupan anaknya. Maka sudah menjadi tugas dan kewajiban setiap orang, apalagi bagi mereka yang menempuh jalan ksatria (Budoka), untuk berbakti dan memuliakan kedua orang tua seumur hidupnya.Terhadap guru, kita juga harus menghormati mereka. Guru dalam bahasa Jepang disebut “Sensei”. Artinya orang yang terlahir lebih dahulu, dan lebih lanjut memiliki pemahaman sebagai orang yang memiliki pengetahuan & kebijaksanaan tentang kehidupan lebih mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar atau bertanya, sekalipun usianya mungkin lebih muda dari kita.Dalam Budo, guru diibaratkan sebagai orang tua kedua setelah kedua orang tua kita. Hal ini disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang tua kita. Mereka turut mendidik dan membantu murid agar dapat menjalani kehidupan dengan baik.Seorang Sensei dalam Budo merupakan jabatan spiritual, dimana pertanggungjawaban moral saja tidaklah cukup. Seorang Sensei harus bertanggung jawab untuk mendidik murid-muridnya agar menjadi manusia yang lebih baik secara fisik, mental, moral dan akhirnya spiritual. Hal ini tidak kita temukan pada pendidikan modern dimana guru hanya merupakan jabatan fungsional dalam suatu sistem pendidikan.Seseorang yang mempelajari beladiri sebagai Budo harus memahami hal ini, sehingga tak seorang pun dari Budoka yang dapat mengatakan kepada orang lain “ Dia itu bekas guru saya” sebagaimana ia tidak dapat mengatakan “itu bekas orang tua saya” sekalipun ia sendiri telah menjadi orang tua. Orang tua akan tetap jadi orang tua kita karena kasih sayang mereka akan kita bawa hingga akhir hayat. Seperti juga guru, mereka tetap menjadi guru kita karena ilmu yang diberikan oleh guru akan kita bawa sampai akhir hayat.3. Makoto/Honesty & Sincerity: Kejujuran dan KetulusanKejujuran dalam tutur kata dan Ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang esensial dalam Budo. Bila kita menghormati seseorang, maka kita lakukan dengan sepenuh hati dan jiwa, bukan tampilan fisik semata. Apabila kita bertutur kata, maka katakanlah yang sebenarnya, yang ada dalam hati dan pikiran kita dengan cara yang baik dan terhormat. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang memiliki keberanian dalam jiwa mereka.Menjaga kepercayaan dari orang lain (amanah), juga merupakan salah satu bentuk kejujuran dan ketulusan. Apabila anda dititipkan sebongkah emas ditangan anda dari seorang teman yang akan melakukan perjalanan jauh, maka anda harus memastikan bahwa emas itu aman ditangan anda sampai teman anda kembali. Andai kata teman anda meninggal dalam perjalanan, maka anda harus tetap dapat memastikan bahwa emas tersebut jatuh ke tangan keluarga yag berhak mewarisinya, tanpa mengambil atau berharap keuntungan sedikitpun dari situasi ini. Orang yang dapat melakukan hal seperti ini adalah seorang ksatria sejati.4. Chugi/Loyalty: KesetiaanKesetiaan adalah suatu sikap yang terhormat, sedangkan pengkhianatan adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang ksatria akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa sekalipun. Samurai-samurai pada jaman dahulu (sebelum restorasi Meiji) rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya. Pada saat sekarang ini kesetiaan tetap merupakan sebuah sikap yang sangat mulia dan sangat langka. Hanya orang-orang yang memiliki keberanian saja yang memiliki sikap seperti itu. Yang justru banyak terjadi di masa sekarang ini adalah seseorang sangat mudah melakukan pengkhianatan bila ia menemukan sesuatu yang dirasa dapat merugikan dirinya atau disisi lain untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sikap seperti ini tidak ada tempat didalam Budo (jalan ksatria). Kesetiaan pada perguruan merupakan yang relevan hingga masa sekarang, namun bukan dalam arti larangan mempelajari bentuk beladiri lain. Melainkan untuk tetap menjaga nama baik dojo atau perguruan tempat dimana ia berlatih dan mengamalkan ilmunya dengan cara yang baik serta menjaga silsilah (mata rantai) dari ilmu yang telah ia pelajari.5. Rei/Courtesy: Sopan SantunTata tertib dan sikap sopan santun adalah bagian yang integral dalam Budo. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar, maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai ksatria sekalipun ia sangat mahir dalam bertempur. Sikap “Rei” adalah sebuah contoh yang mudah kita pahami. Rei pada saat memasuki dojo, memulai latihan, menutup latihan hingga kita keluar dojo, merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Sering kali hal seperti ini dianggap remeh karena tidak memahami semangat (spirit) dari latihan. Perlu diingat bahwa kita berlatih bukan sebatas untuk olah raga atau sekedar berlatih untuk bertarung namun diharapkan latihan aikido dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang aikidoka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sikap dan sopan santun sangatlah diperlukan sebagai sebuah disiplin dalam sebuah seni beladiri agar terbentuk sebuah keberanian yang diikuti sifat kerendahan hati para praktisinya.6. Jin/Knowledge and Wisdom: Pengetahuan dan KebijaksanaanBudo merupakan suatu bentuk pengetahuan yang menghasilkan kebijaksanaan. Setiap pengetahuan haruslah menghasilkan sebuah nilai kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan pengetahuan hanya akan menghasilkan bencana. Berabad-abad manusia hidup menghasilkan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Salah satunya adalah teknologi persenjataan. Dengan teknologi persenjataan pada masa kini, semakin banyak orang tidak berdosa menjadi korban peperangan yang didasari oleh keserakahan.Demikianlah contoh sebuah pengetahuan yang dicapai tanpa menghasilkan kebijaksanaan. Dalam Budo anda mempelajari tentang nilai hidup dan mati. Anda melatih kemampuan hati, pikiran dan tubuh untuk menerima kematian atau mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan Budo tanpa kebijaksanaan adalah sebuah malapetaka kemanusiaan.Kebijaksanaan tertinggi dalam Budo adalah mengalahkan diri sendiri dan menempa hati, pikiran dan tubuh untuk bersungguh-sungguh mencari nilai kebenaran tertinggi.7. Yuki/Courage: KeberanianKeberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 pilar Budo, karena keberanian hanya dapat diperoleh setelah seseorang mampu memahami dan menjalani ke 6 pilar sebelumnya. Keberanian dalam diri seorang ksatria merupakan pancaran dan sifat-sifat serta akhlak yang mulia. Keberanian yang dilandasi pemahaman terhadap nilai-nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan orang lain.Oleh sebab itu seorang Budoka harus memastikan dirinya selalu berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertempuran yang pertama dapat menjadi pertempuran terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk bertempur maka ia tidak akan mundur atau lari. Dia juga tidak akan pernah menyesal dengan keputusan yang diambil, sekalipun ia harus kehilangan nyawa. Karena ia tahu bahwa ia berada dalam kebenaran.Sekali lagi dalam Budo, nilai keberanian adalah hasil pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan akhlak, sehingga dalam pertempuran yang sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani.Di beberapa literatur, dijelaskan tentang nilai-nilai Budo dengan urutan atau kandungan yang agak berbeda, tetapi tetap memiliki esensi yang sama, yaitu mengenai ajaran moral, mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang Budoka. Berdasarkan nilai-nilai yang telah dijelaskan diatas, maka diharapkan para aikidoka, khususnya para yudansha dapat mengerti atau memahami secara mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama murid-muridnya, sebagai sebuah tanggung jawab dari apa yang ia pahami dan pelajari dari arti sebuah hakama yang telah ia kenakan.
x
Steven Seagal instruktur Aikido

Steven Seagal adalah benar-benar instruktur Aikido (sampai karir filmnya didapat dari jalan ini). Dia sudah peringkat dan ketujuh (Aikikai) dan telah menjalankan dojo sendiri di Jepang dan Amerika Serikat. Sebagian besar dari apa yang Anda lihat dalam film,bagaimanapun, Aikido di film bukan seperti apa yang dipraktekkan di dojo. Beberapa berpendapat bahwa bukan Aikido sama sekali.
Aikido Nya adalah nyata. Inilah yang Wendy Palmer katakan dalam "Aikido di Amerika":
Dia memiliki lemparan besar. Sangat energik, sangat cepat, sangat kuat. Dia akan mengusir saya - bam! - Saya akan dipukul ke matras; ludah akan terbang keluar dari mulut saya, hal semacam itu, benar-benar kuat. [...] Dia memiliki Aikido sangat baik. Diabenar-benar melakukannya. Dia melemparkan saya sangat penuh semangat. Pada saat itu ia tidak terlalu berotot. Dia kuat, aiki-kuat, padahal ia tidak memiliki jenis olahraga-otot tubuh sama sekali. Inilemparan sangat cepat, sangat energik. Anda tidak pernah tahu apa yang terjadi. Dia bisa melakukan seni itu.
Aikido Nya adalah nyata. Inilah yang Wendy Palmer katakan dalam "Aikido di Amerika":
Dia memiliki lemparan besar. Sangat energik, sangat cepat, sangat kuat. Dia akan mengusir saya - bam! - Saya akan dipukul ke matras; ludah akan terbang keluar dari mulut saya, hal semacam itu, benar-benar kuat. [...] Dia memiliki Aikido sangat baik. Diabenar-benar melakukannya. Dia melemparkan saya sangat penuh semangat. Pada saat itu ia tidak terlalu berotot. Dia kuat, aiki-kuat, padahal ia tidak memiliki jenis olahraga-otot tubuh sama sekali. Inilemparan sangat cepat, sangat energik. Anda tidak pernah tahu apa yang terjadi. Dia bisa melakukan seni itu.
Jumat, 31 Januari 2014
Mengalahkan Lawan dengan Cinta
Tanpa Bentuk
Cerita sederhana ini merupakan gambaran dari sebuah ilmu bela diri Jepang yang dikenal begitu spiritual, yaitu aikido. Didirikan oleh O-Sensei (Guru Besar) Morihei Ueshiba, awalnya bentuk lama yang disebut Daito-ryu Aiki-Jutsu memang digunakan untuk bertarung (combat). Karena itu, bentuk lama ini tampak begitu agresif dan keras karena memang dimanfaatkan untuk keperluan menaklukkan musuh. Namun, dalam perkembangannya, sejalan dengan meningkatnya kehidupan spiritualitas, O-Sensei menciptakan gerakan aikido yang sifatnya lebih lembut dan tidak mengandung unsur kekerasan. Sifat inilah yang menandakan bahwa aikido bukanlah ilmu bela diri biasa. Aikido terdiri dari tiga kata. Ai artinya keselarasan (harmoni) atau kasih sayang, ki berarti jiwa/semangat, sedangkan do adalah cara/jalan. Jadi, aikido adalah suatu cara atau jalan untuk mencapai keselarasan antara gerakan tubuh dengan jiwa. “Dalam tingkatan lebih tinggi, aikido merupakan upaya kita untuk mencapai keselarasan dengan alam, energi universal,” tutur pemegang Dan 4 ini. Meski ada banyak gerakan yang ditunjukkan saat berlatih, entah itu kuncian atau melempar, pada dasarnya gerakan aikido ini tidak bersifat mencelakai. “Setiap gerakan sifatnya menunggu reaksi dari lawan,” ujar Hakim. Karena itu, aikidoka harus peka, sensitif. Lewat latihan terus-menerus, rasa perasaan, insting, terhadap segala sesuatu akan berkembang. Jadi, mengolah rasa menjadi hal penting dalam hal ini. Saat diserang lawan pun, aikidoka (sebutan bagi orang yang berlatih aikido) hanya akan melakukan gerakan memutar atau berbentuk spiral. “Gerakan memutar ini seperti tarian Sufi,” tutur Hakim, yang pernah mendalami langsung aikido dari para Sensei di Jepang.
Kesadaran Paling Utama
Karena tidak diajarkan untuk menyerang, menurut Sensei Hakim, seorang aikidoka mesti mengembangkan satu hal yang disebut kesadaran atau consciousness. Seluruh tubuh, jiwa, dan pikiran harus berada dalam keadaan menyatu. “Kesadaran bahwa kita hidup pada saat ini dan di sini menjadi utama dengan begitu, para aikidoka selalu bisa waspada dan siaga,” katanya. Sikap siaga ini lebih dari sekadar waspada, melainkan merupakan di posisi eling (Jawa = kesadaran penuh). Hidup kita tidak terjerat oleh kenangan masa lalu juga kekhawatiran akan masa depan. Semangat untuk surrender, pasrah kepada Penyelenggara Hidup, menjadi kekuatan. Tanpa adanya kemampuan ini, aikidoka tidak akan mampu mengalahkan lawan tanpa gerakan mematikan atau menyakiti. Tanpa adanya keharmonisan jiwa, tubuh, dan pikiran, aikidoka hanya akan belajar bela diri tak ubahnya seperti judo, karate, atau yang lainnya. Keinginan untuk menyerang dan mengalahkan hingga lawan tidak berkutik akan muncul dan menjadi hal penting. Dalam aikido, mengalahkan lawan bukanlah tujuan. Jiwa dan hati murni yang dipenuhi dengan cinta kasih menjadi dasar dan tujuan dari semua latihan ini. “Memang, tidak banyak aikidoka yang sampai pada pemahaman dan penghayatan seperti ini,” ungkap Hakim. Tidak heran, ada banyak versi aikido yang bisa dipelajari yang lebih menekankan soal bela dirinya. “Tidak mudah untuk sampai pada tahap ini. Seseorang harus melepaskan egonya, keinginannya untuk menang, juga menguasai orang lain atau lawan,” tambahnya.
Sumber : kompas
Istilah
Arti
A
ai harmoni, keselarasan, penyatuan
aihanmi posisi berdiri terhadap lawan, kaki depan sama kiri atau sama kanan, bandingkan dengan gyakuhanmi
aihanmi katatedori pegangan pada pergelangan tangan, kanan dengan kanan atau kiri dengan kiri, disebut juga kosadori, bandingkan dengan gyakuhanmi katatedori
aiki menyatukan ki dengan ki lawan
aikibatto latihan pedang, sendiri atau berpasangan
aikibudo cara bertarung sesuai dengan prinsip aiki, merupakan nama awal dari aikido
aikido jalan hidup menyatukan / menyelaraskan energi
aikidoka sebutan untuk seseorang yang mendalami aikido, terutama tingkat menengah dan profesional
Aikijinja kuil aikido di Iwama
aikijo latihan aikido menggunakan tongkat kayu
aikijutsu salah satu aliran beladiri Daito ryu, disebut juga aikijujutsu kayu
Aikikai organisasi dan label untuk aikido-nya Ueshiba
aikiken latihan aikido menggunakan pedang
aikinage lemparan-aiki, teknik melempar
aiki no michi aikido (michi=do)
aikiotoshi jatuhan-aiki, teknik melempar
aikitaiso senam pemanasan dalam aikido
aite rekan berlatih
arigato terima kasih
arigato gozaimasu terima kasih (untuk sesuatu yang masih berjalan)
arigato gozaimashita terima kasih (untuk sesuatu yang telah selesai dilakukan)
ashi kaki
ate pukulan, serangan
atemi serangan ke tubuh
awase gerakan yang menyatu dengan gerakan lawan
ayumiashi langkah kaki maju bergantian kanan dan kiri, seperti berjalan biasa, bandingkan dengan tsugiashi
B
barai/harai gerakan sapuan
batto menarik pedang dari sarungnya, disebut juga nuki
bo tongkat, lebih panjang dari jo
bokken pedang kayu
bokuto sama dengan bokken
bu perang, pertarungan, pertempuran
budo cara berperang / bertarung, seni beladiri Jepang
budoka seseorang yang menjalankan budo, terutama tingkat menengah dan profesiona
bugei terminologi lama dari seni perang
bukiwaza latihan teknik menggunakan senjata
bushi ksatria
bushi bushido
C
chado tradisi minum teh
chikara tenaga / kekuatan
choku langsung
chokutsuki serangan langsung menggunakan tongkat, berupa tusukan
chudan tengah, bandingkan dengan jodan dan gedan
chudan kamae posisi siaga dengan senjata berada setinggi perut
chukyusha murid tingkat menengah, masih dalam tingkat kyu
D
dai besar, disebut juga o
daisho sepasang pedang, panjang dan pendek
dame salah, buruk
Dan sebutan untuk tingkat kemahiran, sabuk hitam dalam seni beladiri Jepang
dao/tao adopsi kata dari bahasa Cina yang berarti jalan
deshi murid
do jalan, disebut juga michi
dogi pakaian untuk berlatih beladiri, disebut juga keikogi atau gi
do-in tradisi pijat untuk diri sendiri
dojo tempat berlatih beladiri
dojo cho pimpinan tempat berlatih
doka puisi tentang jalan hidup
domo banyak
domo arigato gozaimas terima kasih banyak (untuk sesuatu yang masih berjalan)
domo arigato gozaimashita terima kasih banyak (untuk sesuatu yang telah selesai dilakukan)dori take, catch, grab
dosa gerakan
doshu pimpinan budo
dozo silakan
E
embukai demonstrasi / pertunjukan untuk umum
empi serangan menggunakan sikut
eri leher, kerah baju
eridori cekikan pada leher menggunakan kerah baju
F
fukushidoin instruktur, pelatih, Dan 2-3, bandingkan dengan shidoin dan shihan
funakogi undo gerakan mendayung, disebut juga torifune
furitama latihan untuk membangkitkan ki
futaridori / futarigake bertarung melawan dua orang penyerang sekaligus
G
gaeshi / kaeshi berputar, berbalik
gamae / kamae kuda-kuda, posisi dasar, posisi siaga
gasshuku pemusatan pelatihan, latihan bersama
gedan bawah / rendah, bandingkan dengan jodan dan chudan
gedanbarai tangkisan / sapuan bawah
geiko / keiko latihan
geri / keiko tendangan
gi / keiko pakaian untuk berlatih beladiri, disebut juga keikogi atau dogi
giri / kiri / keiko gerakan memotong
go lima
gokyo teknik kuncian kelima
gomen nasai mohon maaf
gotai tubuh yang keras / kaku, latihan yang statis, bandingkan dengan gotai, ryutai dan kinagare
gyaku berkebalikan, berlawanan
gyakuhanmi posisi berdiri terhadap lawan, kaki depan berlawanan kiri dan kanan, bandingkan dengan aihanmi
gyakuhanmi katatedori pegangan pada pergelangan tangan, kanan dipegang kiri atau sebaliknya, bandingkan dengan aihanmi katatedori
gyakutsuki serangan dengan posisi tangan dan kaki berlawanan, bandingkan dengan oitsuki
H
hachi delapan
hai ya
hajime mulai
hakama celana trasional, digunakan di aikido
handachi berdiri
hanmi setengah badan
hanmi gamae posisi berdiri siaga
hanmi handachiwaza teknik pertarungan pada posisi duduk melawan berdiri
hanshi gelar di kendo, dari Dan 8 ke atas
hantai melawan
happo delapan arah, bandingkan dengan shiho
hara perut
harai / barai gerakan sapuan / tangkisan
harakiri menusuk perut sendiri, ritual bunuh diri, disebut juga seppuku
hassogaeshi salah satu teknik penggunaan tongkat kayu
hasso gamae posisi siaga dengan senjata berada setinggi bahu
henkawaza teknik pergantian, variasi pada teknik dasar
hiji sikut
hijidori pegangan pada sikut
hijikimeosae salah satu teknik kuncian, sering disebut juga dengan rokkyo
hiki menarik
hineri memelintir
hito e mi mengecilkan badan, posisi siaga dengan sudut pandang lebih luas dibanding hanmi
hiza lutut, dengkul
ho metode, cara
ho arah, sisi
hombu markas, pusat
Hombu dojo dojo pusat, istilah untuk dojo pusat Aikido di Tokyo
I
iaido seni permainan pedang Jepang
iaito pedang untuk latihan, tidak tajam
ichi satu
ichiban pertama, terbaik
iie tidak
iki tekad, semangat
ikkajo terminologi lama dari ikkyo
ikkyo teknik kuncian pertama
ikkyo undo gerakan dasar ikkyo
in sama artinya dengan yin (Cina), bandingkan dengan yo
ippon satu nilai
ipponken serangan dengan satu bukujari
irimi gerakan masuk
iriminage lemparan ke dalam, teknik lemparan
Iwama ryu gaya aikido Saito sensei
J
jiyuwaza atihan bebas
jo tongkat kayu, panjangnya 127,5 sentimeter
jo awase latihan penggunaan jo
jodan tinggi, atas, bandingkan dengan chudan dan gedan
jodan kamae posisi siaga dimana senjata berada di atas kepala
jodan tsuki tusukan ke arah kepala
jodanuke tangkisan atas
jodo gerakan tongkat
jodori pertahanan melawan tongkat
jokyusha murid tingkat menengah, dengan tingkat kyu yang lebih tinggi, bandingkan dengan chukyusha
ju lembut
judo cara / gerakan yang lembut, atau jalan menuju kelembutan
jujigarami / jujinage lemparan dengan tangan menyilang
jujutsu / jujinage seni yang lembut
jumbitaiso / jujinage senam pemanasan, disebut juga aikitaiso
juntsuki / jujinage serangan dengan posisi tangan dan kaki sama di depan, disebut juga oitsuki, bandingkan dengan gyakutsuki
jutai tubuh yang lentur, latihan yang lembut, bandingkan dengan gotai, ryutai dan kinagare
jutsu teknik / seni
K
kaeshi / gaeshi berputar, berbalik
kaeshitsuki serangan berbalik menggunakan tongkat
kaeshiwaza teknik serangan balik
kagami biraki perayaan Tahun Baru Jepang, setiap tanggal 11 Januari
kai klub, asosiasi
kaiso pendiri
kaitennage lemparan memutar, teknik lemparan
kaitenosae teknik kuncian memutar
kakaedori memeluk, merangkul
kakarigeiko serangan dalam satu garis lurus, bergiliran satu per satu
kamae / gamae posisi siaga, kuda-kuda dalam aikido
kami / gamae ke-esa-an, kekudusan
kamiza tempat terhormat di dojo, bandingkan dengan shomen dan shinzen
kampai sorak sorai
kan intuisi, perasaan
kangeiko latihan di musim dingin
kanji tulisan huruf Cina
kanren terkait, terhubung
kanrenwaza teknik yang saling terkait, satu teknik diikuti teknik lainnya, bandingkan dengan renzokuwaza
kansetsu tsendi tubuh
karatedo cara bertarung tangan kosong
kata bentuk, gerakan dasar
kata pundak, bahu
katadori pegangan pada bahu
katadori menuchi pegangan pada bahu diikuti dengan serangan shomenuchi
katamewaza teknik kuncian
katate teknik satu tangan
katatedori teknik pegangan pada satu tangan
keiko / geiko latihan
keikogi pakaian untuk latihan, disebut juga dogi
ken pedang Jepang, disebut juga katana, to, dan tachi
kendo anggar Jepang
ki spirit, semangat, energi hidup
kiai membangkitkan ki, biasanya berupa teriakan
kihon dasar
kihonwaza teknik dasar
kikai daerah pusat ki di tengah bagian badan
kime pemusatan pikiran
kimusubi mengikatkan ki pada ki lawan
kinagare / ki no nagare mengalirkan ki, latihan mengalirkan, bandingkan dengan gotai, jutai, dan ryutai
kirikaeshi gerakan momotong / menebas pada latihan pedang
koan teka-teki dalam zen
kobudo budo kuno
kogeki serangan
kogekiho teknik menyerang
kohai yunior, bandingkan dengan sempai
kokoro hati, keinginan, pikiran, juga disebut dengan shin
kokyu napas
kokyuho latihan pernapasan, teknik lemparan
kokyunage lemparan menggunakan pengaturan napas
kokyu ryoku kekuatan pengaturan napas
kokyu ryoku kekuatan pengaturan napas
kosa menyilang
kosadori pegangan menyilang, sama dengan aihanmi katatedori
koshi pinggul
koshinage lemparan menggunakan pinggul
kote pergelangan tangan
kotegaeshi membalik pergelangan tangan, teknik lemparan
kotehineri memutar pergelangantangan, sankyo
kotemawashi memelintir pergelangan tangan, nikyo
ku sembilan
ku kekosongan
kubi leher
kubishime kuncian di leher
kuden tradisi pengajaran ucap
kumi grup, kelompok
kumijo latihan penggunaan tongkat kayu, tongkat lawan tongkat
kumitachi latihan penggunaan pedang kayu, pedang lawan pedang
kumite pertarungan tangan kosong
kumiuchi gulat kuno Jepang dengan menggunakan persejataan lengkap
kuzushi memecah keseimbangan lawan
kyo belajar prinsip, dasar
kyoshi gelar di kendo, Dan 6-7
kyu tingkatan sebelum sabuk hitam, bandingkan dengan Dan
L
(L tidak digunakan dalam bahasa Jepang)
M
ma jarak dengan lawan
ma-ai jarak yang harmonis dengan lawan
mae depan, ke depan, bandingkan dengan ushiro
maegeri tendangan lurus ke depan
mae ukemi jatuhan bergulir ke depan
makiwara target untuk latihan memukul di karate
maru lingkaran
mawashi membalik, memutar
mawashigeri mtendangan memutar
me mata
men kepala
michi jalan, disebut juga do
migi kanan
misogi menyucikan, pembersihan, pemurnian
mochi pegangan, disebut juga dori
mo ikkai lakukan lagi
mokuso meditasi, disebut juga zazen
moro keduanya
mu tidak ada, kosong
mushin pikiran yang kosong
mudansha ingkat menengah sebelum Dan, bandingkan dengan yudansha
mune dada
munedori cengkeraman pada kerah baju bagian dada
musubi terikat menjadi satu
N
nagare mengalir
nage lemparan, juga digunakan sebagai sebutan untuk orang yang melaksanakan teknik aikido, bandingkan dengan tori
nagewaza teknik melempar
naginata tombak Jepang
nakaima disini dan sekarang
nana tujuh, padanan katanya adalah shichi
nen kesucian, kemurnian pikiran
ni dua
nikajo terminologi lama dari nikyo
nikyo teknik kuncian kedua
nin orang
ninindori bertarung melawan dua orang penyerang sekaligus, disebut juga futaridori / futarigake
ninja pesuruh, mata-mata di Jepang
noto memasukkan pedang ke dalam sarungnya
nuki menarik pedang dari sarungnya, disebut juga batto
nukite menyerang dengan jari
O
o besar, disebut juga dai
obi sabuk
ocha teh
oitsuki serangan dengan posisi tangan dan kaki sama di depan, disebut juga jontsuki, bandingkan dengan gyakutsuki
omote depan, permukaan, bandingkan dengan ura
Omotokyo aliran kepercayaan shinto
onegai shimasu mohon, memohon sesuatu
osae menekan ke bawah, plintiran
osensei guru besar, di aikido adalah Morihei Ueshiba
otagai ni rei saling hormat membungkuk
otoshi jatuhan
oyowaza teknik terapan, dimodifikasi untuk efisiensi
R
randori latihan bebas
rei hormat membungkuk
reigi etiket, sopan santun, disebut juga reishiki
renshi gelar dalam kendo, Dan 4-6
renshu latihan
renzoku berkelanjutan, terus menerus
renzoku uchikomi salah satu teknik penggunan tongkat
renzoku waza latihan berurutan, teknik yang berurutan
ritsurei hormat membungkuk dalam posisi berdiri
rokkyo hteknik kuncian keenam, lihat juga hijikime osae
roku enam
ryo keduanya
ryotedori genggaman pada kedua tangan
ryu sekolah
ryu sekolah
ryutai tubuh yang bergerak mengalir, bandingkan dengan gotai, jutai, dan kinagare
S
sabaki gerakan
sake arak Jepang
samurai untuk melindungi, kelompok ksatria Jepang
san tiga
sankajo terminologi lama dari sankyo
sankaku segitiga
sankakutai bentuk segitiga, posisi kaki dalam posisi siaga
sankyo teknik kuncian ketiga
sannindori / sanningake serangan dilakukan oleh tiga orang
sanpo tiga arah
satori pencerahan dalam zen
saya sarung pedang
seika no itten pusat tubuh, titik di bawah pusar, bandingkan dengan tanden
seiki semangat hidup
seiza cara duduk berlutut dalam aikido
sempai murid senior, bandingkan dengan kohai
sen no sen melakukan serangan terlebih dahulu sebelum diserang
sensei guru, pengajar, instruktur
sensen no sen serangan pendahuluan, inisiatif serangan
seppuku menusuk perut sendiri, ritual bunuhdiri, disebut juga harakiri
shi empat, padanan katanya adalah yon
shiai kompetisi, pertandingan
shichi tujuh, padanan katanya adalah nana
shidoin instruktur, pelatih, Dan 4-5, bandingkan dengan fukushidoin dan shihan
shihan instruktur pakar, tingkat tertinggi guru aikido, dan 6 ke atas, bandingkan dengan fukushidoin dan shidoin
shiho empat arah
shihonage lemparan empat arah, teknik lemparan
shikaku bujur sangkar
shikaku sudut mati
shiki keberanian, keteguhan hati
shikko shikko berjalan menggunakan lutut
shime kuncian
shin hati, niat, pikiran, padanan katanya adalah kokoro
shinken pedang tajam dari Jepang
shinto jalan para dewa, aliran kepercayaan Jepang
shinzen inggasana para dewa, di dalam dojo posisinya paling ujung dari pintu masuk, bandingkan dengan kamiza dan shomen
shisei postur, posisi tubuh
shite orang yang diserang, orang yang bertahan di aikido, disebut juga tori atau nage
shizentai postur / posisi tubuh yang natural / alami
shodan Dan tingkat satu
shomen kepala bagian depan
shomen ruangan utama di dojo, bandingkan dengan shinzen dan kamiza
shomen ni rei hormat membungkuk kepada ruangan utama di dojo
shomenuchi tebasan ke arah kepala bagian depan dari atas ke bawah
shoshinsha pemula
shuto serangan dengan punggung tangan
sodeguchidori pegangan pada manset lengan baju
soto sisi luar, bandingkan dengan uchi
sotodeshi murid yang tinggal di luar dojo, bandingkan dengan uchideshi
sotokaiten memutar ke arah luar, bandingkan dengan uchikaiten
sotouke menangkis dari luar, bandingkan dengan uchiuke
suburi latihan dasar menggunakan pedang atau tongkat
suki pembukaan
sumi sudut
sumimasen mohon maaf
sumo gulat tradisional Jepang
suri goresan, guratan
sutemiwaza teknik merusak keseimbangan lawan
suwariwaza teknik bertarung pada posisi duduk, disebut juga suwate
suwate teknik bertarung pada posisi duduk, disebut juga suwariwaza
T
AIKIDO
Aikido adalah sebuah seni bela diri tradisional Jepang, dikembangkan pada awal abad ini oleh Morihei Ueshiba (1883-1969), yang sekarang dikenal sebagai O-Sensei (guru yang terhormat). Morihei Ueshiba O-Sensei, Kaiso Aikido (pendiri), dilahirkan pada tahun 1883 di Tanabe, sebuah kota pantai di selatan Jepang. Dari masa muda, ia mempelajari berbagai ilmu bela diri, akhirnya termasuk sumo, pedang, teknik tombak , teknik tongkat , dan berbagai gaya jiujutsu, terutama gaya Daito dan Yagyu .
Sejak muda, Ueshiba terlihat telah menjadi orang yang sangat sensitif dan spiritual. Akhirnya ia dipengaruhi oleh pemimpin spiritual karismatik dan seniman Onisaburo Deguchi, ia datang untuk melihat latihan bela diri sebagai sarana pemurnian jiwa dan pelatihan rohani. Semasa hidupnya O-Sensei's melihat jepang terlibat dalam beberapa konflik yang paling keras dari abad ke-20, yang memuncak dalam Perang Pasifik. Namun, selama itu juga ia telah menemukan Aikido dan mendeklarasikan penemuannya itu sebagai cara untuk menjalin hubungan dengan orang-orang di dunia dalam perdamaian. Dengan cara ini, Budo Aikido yang sebenarnya - Jalan bela diri - bukan sekadar sebuah bujutsu (teknik bela diri) atau bugei (seni beladiri). Ketika seseorang berlatih bela diri seharusnya melakukannya bukan hanya sebagai sarana untuk menaklukkan orang lain, tetapi sebagai sarana untuk memperbaiki dan menyempurnakan diri, ini baru dapat dikatakan sebagai Budo. Semboyan yang terkenal dari O-Sensei, "Masakatsu Agatsu", mengandung esensi dari semangat Aikido: "kemenangan sejati adalah kemenangan atas diri sendiri." Keahlian teknik Sang Kaiso dan karismanya yang luar biasa mendapat dukungan dari perwira militer berpangkat tinggi , personil pemerintah, dan keluarga kerajaan selama hidupnya.
Setelah kematiannya pada tahun 1969, ia secara anumerta dianugerahi medali Imperial atas kontribusinya khas. Namun, disamping pengakuan dan penghargaan itu adalah universalitas wawasannya, dan visinya dalam cara bela diri yang terbuka untuk semua orang di dunia, yang telah mendorong fenomena pertumbuhan Aikido. Filsafat yang paling mulia dan niat samurai telah menjadi bagian dari budaya dunia, dan memberikan makanan rohani kepada jutaan orang dari semua budaya; ini terutama disebabkan oleh pengaruh terobosan Morihei Ueshiba O-Sensei.
Tingkatan Sabuk"ny
Tanpa Kyu
Tanpa Kyu Putih
Kyu 10
4
10B Putih
5
10A Kuning Strip 1 Oranye
6
10 Kuning Strip 2 Oranye
Kyu 9
7
9B Oranye
8
9A Oranye Strip 1 Merah
9
9 Oranye Strip 2 Merah
Kyu 8
10
8B Merah
11
8A Merah Strip 1 Hijau
12
8 Merah Strip 2 Hijau
Kyu 7
13
7B Hijau
14
7A Hijau Strip 1 Biru
15
7 Hijau Strip 2 Biru
Kyu 6
16 6 Biru/Putih *)
Kyu 5
5 Biru/Putih *)
Kyu 4
4 Biru/Putih *)
Kyu 3
3 Coklat
Kyu 2
2 Coklat
Kyu 1
1 Coklat
PROFIL
Dojo Kyoto adalah tempat berlatih Aikido, bertempat di Ruang Serba Guna Cluster Kyoto Kota Wisata Cibubur yang terletak di ujung taman yang dipenuhi rerumputan hijau, beberapa pohon bambu dan tumbuhan hijau lainnya membuat nyaman peserta Aikido ketika berlatih.
Dojo ini memiliki satu ruang latihan yang cukup luas yang dapat menampung banyak aikidoka untuk berlatih dan juga memiliki fasilitas 2 toilet yang bisa digunakan sebagai kamar ganti pakaian para Aikidoka. Matras sebagai alas untuk latihan juga tersedia dengan jumlah yang cukup banyak.
Dojo ini juga di design khusus menyerupai dojo-dojo di Jepang. Sehingga membuat betah latihan para Aikidoka.
*Note:
Pengelolaan Dojo Kyoto tidak lagi dilakukan oleh management Kota Wisata tapi sudah dilakukan secara mandiri oleh warga Cluster Kyoto. Dojo Kyoto merupakan ruang serba guna. Selain untuk kegiatan olah raga, juga digunakan/disewakan untuk kegiatan-kegiatan lain seperti keagamaan, pernikahan, shooting film dll. Untuk info detil penyewaan Dojo Kyoto, anda dapat menghubungi Sekretariat Cluster Kyoto
Tantangan Untuk Menaikan Sabuk
MATERI UJIAN KENAIKAN TINGKAT - KYU
INSTITUT AIKIDO INDONESIA
KYU 1 KYU 6
Tachi Waza:
Shomenuchi --> Ikkyo s/d Gokyo, Iriminage, Kaitenosae
Yokomenuchi --> Shihonage, Koshinage
Tsuki --> Kotegaeshi, Ikkyo s/d Gokyo
Ushiro Waza:
Ushiro Ryotedori -- > Sankyonage, Kotegaeshi
Hanmi Hamadachi:
Shomenuchi --> Iriminage
Suwari Waza:
Yokomenuchi -->Shihonage
Tachi Waza:
Aihanmi Katatedori --> Ikkyo
Yokomenuchi --> Shihonage
Shomenuchi --> Iriminage
Taisabaki: Irimi, Tenkan, Kaiten
Shiko: Mae, Ushiro, Kaiten
Ukemi: Mae, Ushiro
Ikko-Undo, Funakugi-Undo, Zengo-Undo, Shiho-Undo, Happo-Undo
KYU 2 KYU 7
Tachi Waza:
Shomenuchi --> Iriminage, Kaitenage
Yokomenuchi --> Shihonage, Kokyunage, Tenbinage
Tsuki --> Kotegaeshi, Iriminage, Sumiotoshi
Ushiro Waza:
Ushiro Ryotedori --> Jujigarami
Hanmi Handachi:
Yokomenuchi --> Shihonage
Tachi Waza:
Aihanmi Katatedori --> Ikkyo
Shomenuchi --> Iriminage
Taisabaki: Irimi, Tenkan, Kaiten
Shiko: Mae, Ushiro, Kaiten
Ukemi: Mae, Ushiro
Ikko-Undo, Funakugi-Undo, Zengo-Undo, Shiho-Undo, Happo-Undo
KYU 3 KYU 8
Tachi Waza:
Shomenuchi --> Ikkyo s/d Yonkyo, Iriminage, Kaitenage
Yokomenuchi --> Shihonage, Kokyunage
Tsuki --> Kotegaeshi, Sumiotoshi
Ryotedori --> Tenchinage, Kotegaeshi
Hanmi Handachi:
Ryotedori --> Shihonage
Taisabaki: Irimi, Tenkan, Kaiten
Sabaki Kata: Somenuchi, Yokomenuchi, Tsuki
Shiko: Mae, Ushiro, Kaiten
Ukemi: Mae, Ushiro,
Ikko-Undo, Funakugi-Undo
KYU 4 KYU 9
Tachi Waza:
Shomenuchi --> Ikkyo s/d Sonkyo, Iriminage, Kaitenage
Yokomenuchi --> Shihonage, Tenbinage
Tsuki --> Kotegaeshi
Ryotedori --> Tenchinage, Kotegaeshi
Morotedori --> Kokyunage
Taisabaki: Irimi, Tenkan, Kaiten
Sabaki Kata: Somenuchi, Yokomenuchi, Tsuki
Shiko: Mae, Ushiro, Kaiten
Ukemi: Mae, Ushiro,
KYU 5 KYU 10
Tachi Waza:
Aihanmi Katatedori --> Nikyo
Yokomenuchi --> Shihonage
Shomenuchi -->Iriminage, Ikkyo, Nikyo
Tsuki --> Kotegaeshi
Taisabaki: Irimi, Tenkan, Kaiten
Sabaki Kata: Somenuchi, Yokomenuchi, Tsuki
Shiko: Mae, Ushiro, Kaiten
Pelatih berwenang untuk menguji beradasarkan pertimbangan sendiri dengan memilih teknik yang dianggap sesuai
Jakarta, April 2009
Pendiri Aikido, Morihei Ueshiba, lahir di Jepang pada tanggal 14 Desember 1883. Sewaktu kecil, ia sering melihat preman memukuli ayahnya karena alasan politik. Dia berangkat untuk membuat dirinya kuat sehingga ia bisa membalas dendam. Ia mengabdikan dirinya untuk pengkondisian fisik yang berat dan akhirnya berlatih seni bela diri, menerima sertifikat master dalam beberapa gaya jujitsu, anggar, dan pertempuran dengan tombak. Meskipun memiliki kemampuan yang mengesankan pada fisik dan bela diri, bagaimanapun, ia merasa sangat tidak puas. Dia mulai menggali agama dengan harapan akan menemukan makna yang lebih dalam hidup, sambil terus mengejar studinya dari budo, atau seni bela diri. Dengan menggabungkan pelatihan bela diri dengan ideologi agama dan politik, ia menciptakan seni bela diri modern dari Aikido. Ueshiba memutuskan nama "Aikido" pada tahun 1942 (sebelum itu ia sebut seni bela diri "aikibudo" dan "aikinomichi").
O Sensei mengajar di Iwama dojo
Di sisi teknis, Aikido berakar pada beberapa gaya jujitsu (dari mana judo modern juga berasal), khususnya daitoryu-(aiki) jujitsu, serta seni pedang dan pertempuran dengan tombak. Terlihat mudah, kita dapat mengatakan bahwa Aikido mengambil gabungan kuncian dan lemparan dari jujitsu dan menggabungkan mereka dengan gerakan tubuh pedang dan pertempuran tombak. Namun, kita juga harus menyadari bahwa banyak teknik Aikido adalah hasil dari inovasi sendiri Guru Ueshiba.
Pada sisi agama, Ueshiba adalahpemuja salah satu agama di Jepang yang disebut "agama baru," Omotokyo. Omotokyo adalah bagian neo-Shinto, dan bagian sosial politik idealisme. Salah satu tujuan dari Omotokyo telah penyatuan umat manusia dalam sebuah "kerajaan surgawi di bumi" tunggal di mana semua agama akan bersatu di bawah bendera Omotokyo. Tidak mungkin cukup untuk memahami banyak dari tulisan dan ucapan O Sensei tanpa menjaga pengaruh kuat Omotokyo dalam pikirannya.
Meskipun apa yang banyak orang pikir atau klaim, tidak ada kesatuan filosofi Aikido. Apa yang ada, sebaliknya, adalah kumpulan terorganisir dan hanya sebagian koheren agama, keyakinan etika, dan metafisika yang hanya kurang lebih dimiliki oleh Aikidoka, dan salah satu penyebarannya dari mulut ke mulut atau ditemukan dalam publikasi yang tersebar tentang Aikido.
Beberapa contoh: "Aikido bukanlah cara untuk melawan dengan atau mengalahkan musuh, yang merupakan cara untuk mendamaikan dunia dan membuat semua manusia menjadi satu keluarga." "Inti dari Aikido adalah budidaya ki [kekuatan vital, daya internal, energi mental / spiritual]." "Rahasia Aikido adalah menjadi satu dengan alam semesta." "Aikido adalah cara yang utama untuk mencapai penguasaan diri akan fisik dan psikologis." "Tubuh adalah kesatuan yang konkret dari fisik dan spiritual yang diciptakan oleh alam semesta." Dan sebagainya.
Pada inti dari hampir semua interpretasi filosofis Aikido, kita dapat mengidentifikasi setidaknya dua prinsip yang berkaitan: (1) Komitmen untuk penyelesaian damai dari konflik bila memungkinkan. (2) Komitmen untuk perbaikan diri melalui pelatihan Aikido.
Langganan:
Postingan (Atom)